Monday, 18th August 2025
by Admin
Imuners pernah ngalamin sesak nafas? Terus bingung nentuin kalau ini termasuk gejala asma atau malah serangan jantung?
Banyak orang yang sering mengaitkan sesak nafas sama asma, padahal salah satu gejala serangan jantung juga sesak nafas tapi memang karakteristiknya berbeda.
Seperti apa sebenarnya perbedaan sesak nafas ketika asma kambuh dan serangan jantung? Penanganan seperti apa yang harus dilakukan ketika ini terjadi? Yuk, simak penjelasan selengkapnya berikut ini!
Asma dan serangan jantung adalah dua kondisi yang sering membuat orang bingung karena kemiripan salah satu gejalanya.
Keduanya sama-sama bisa menimbulkan sesak napas dan rasa tidak nyaman di dada, dan karena gejalanya mirip tidak jarang orang salah mengira penyakitnya.
Padahal, perbedaan keduanya sangat penting untuk dipahami, sebab cara penanganan dua penyakit ini sangat berbeda.
Asma merupakan gangguan pada saluran pernapasan, sementara serangan jantung terjadi akibat sumbatan pada aliran darah ke otot jantung.
Kesalahan dalam membedakan bisa berakibat fatal, terutama jika serangan jantung disangka sebagai asma biasa dan tidak segera mendapat pertolongan medis.
Berikut ini pembahasan masing-masing kondisi secara lebih komprehensif untuk bisa lebih memahami lagi perbedaan keduanya.
Asma adalah penyakit kronis pada paru-paru yang membuat saluran napas mengalami peradangan, menyempit, dan menghasilkan lendir berlebih.
Akibatnya, udara sulit keluar masuk dan penderita asma akan merasa sesak, dada terasa berat, serta sering batuk terutama di malam atau dini hari.
Pada banyak kasus, penderita asma juga mengalami mengi, yaitu suara seperti “ngik-ngik” saat bernapas.
Gejala asma bisa muncul secara tiba-tiba dan sering kali dipicu oleh faktor lingkungan maupun faktor aktivitas penderita.
Debu, asap rokok, serbuk sari, bulu hewan, udara dingin, hingga olahraga berat dapat memicu serangan asma.
Saat serangan datang, penderita biasanya membutuhkan inhaler atau obat semprot khusus yang langsung bekerja melebarkan saluran napas.
Obat ini sangat efektif mengurangi gejala asma, sehingga penderita bisa bernapas lega kembali.
Dengan kata lain, meski kadang menakutkan, asma bisa dikendalikan dengan bantuan obat dan penghindaran pemicu.
Serangan jantung adalah kondisi darurat medis yang terjadi ketika aliran darah menuju otot jantung tersumbat.
Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh plak lemak yang menumpuk di dinding pembuluh darah koroner.
Ketika plak pecah, terbentuklah gumpalan darah yang bisa menghentikan suplai oksigen ke jantung.
Tanpa oksigen, bagian otot jantung yang terdampak bisa rusak, bahkan bisa mati dalam waktu singkat.
Serangan jantung sering kali diawali dengan nyeri dada yang hebat. Rasa nyeri biasanya digambarkan seperti ditekan benda berat, diremas, atau terbakar.
Tidak jarang rasa nyeri ini menjalar ke lengan kiri, punggung, rahang, bahkan perut bagian atas.
Gejala lain yang sering menyertai serangan jantung adalah keringat dingin, mual, muntah, pusing, atau hampir pingsan.
Pada sebagian orang, terutama wanita, gejala bisa terasa lebih samar. Penderita bisa saja hanya merasa lelah, pusing, atau nyeri di punggung dan rahang tanpa disertai nyeri dada yang khas.
Alasan utama kenapa asma dan serangan jantung sering tertukar adalah karena keduanya sama-sama menyebabkan sesak napas dan sensasi tidak nyaman di bagian dada.
Ketika hal ini terjadi, orang dengan riwayat asma bisa langsung mengira bahwa sesaknya hanyalah serangan asma biasa padahal sesak napas juga merupakan gejala utama serangan jantung.
Hal ini bisa berbahaya karena penderita mungkin tidak segera mencari pertolongan darurat.
Selain itu, ada juga kondisi yang disebut cardiac asthma. Kondisi ini bukan asma sungguhan, melainkan gejala mirip asma yang muncul karena gagal jantung.
Saat jantung melemah, cairan dapat menumpuk di paru-paru dan membuat penderita mengalami batuk, mengi, dan sesak.
Jika hanya dilihat dari gejalanya, cardiac asthma sulit dibedakan dari asma biasa. Bedanya, inhaler asma tidak akan membantu, dan yang dibutuhkan pada kondisi ini adalah pengobatan gagal jantung.
Meski sama-sama mengganggu pernapasan, perbedaan dasar antara asma dan serangan jantung masih bisa dibedakan.
Asma berasal dari gangguan pada saluran napas di paru-paru, sedangkan serangan jantung berasal dari sumbatan pada pembuluh darah jantung.
Pada penderita asma, gejala sering kali dipicu oleh alergen atau aktivitas tertentu, sementara pada serangan jantung gejala biasanya muncul mendadak akibat sumbatan mendadak pada arteri koroner.
Asma cenderung membaik setelah penderita menggunakan inhaler, sedangkan serangan jantung tidak akan bereaksi terhadap obat semprot.
Nyeri dada pada serangan jantung biasanya sangat khas: seperti ditekan benda berat dan bisa menjalar ke bagian tubuh lain.
Sebaliknya, pada asma rasa tidak nyaman di dada lebih berupa sensasi sesak, bukan nyeri tajam atau tertekan hebat.
Perbedaan lain bisa dilihat dari faktor risiko masing-masing penyakit.
Asma sering kali terkait dengan riwayat keluarga, alergi, paparan polusi, atau infeksi saluran napas sejak kecil.
Sementara itu, serangan jantung berkaitan dengan gaya hidup dan kesehatan pembuluh darah.
Merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, dan kurang olahraga merupakan faktor utama yang bisa meningkatkan resiko serangan jantung.
Asma, bila dikontrol dengan baik, biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada paru-paru.
Akan tetapi jika dibiarkan tanpa pengobatan, asma bisa membuat fungsi paru menurun seiring berjalannya waktu.
Berbeda dengan serangan jantung, kerusakan yang ditimbulkannya bisa bersifat permanen. Setiap menit keterlambatan penanganan dapat memperbesar kerusakan otot jantung.
Orang yang selamat dari serangan jantung pun beresiko mengalami gagal jantung kronis di kemudian hari.
Asma dan serangan jantung juga berbeda dalam hal penanganan awal. Ini lah kenapa kedua kondisi ini perlu untuk dibedakan.
Saat asma kambuh, langkah paling penting adalah segera menggunakan inhaler atau obat pereda napas yang sudah diresepkan dokter.
Menghindari pemicu juga sangat membantu, misalnya dengan menjauhi asap rokok atau debu.
Namun bila serangan sangat berat terjadi hingga penderita sulit bicara atau bibir membiru, maka perlu segera dibawa ke rumah sakit.
Sementara itu, serangan jantung tidak bisa ditangani dengan inhaler. Begitu mencurigai gejala serangan jantung, langkah pertama adalah segera menghubungi layanan darurat.
Jika tersedia nitrogliserin yang sudah diresepkan sebelumnya, bisa digunakan sambil menunggu bantuan.
Aspirin juga dapat dikonsumsi bila tidak ada alergi, karena membantu mencegah pembekuan darah bertambah parah.
Yang terpenting, jangan menunda mencari pertolongan medis ketika serangan jantung terjadi. Setiap detik sangat menentukan keberlangsungan hidup penderita.
Asma dapat dicegah kambuh dengan menghindari pemicunya, menjaga kebersihan lingkungan, serta rajin mengikuti rencana perawatan yang diberikan dokter.
Sementara serangan jantung dapat dicegah dengan berhenti merokok, menjaga pola makan sehat, berolahraga rutin, mengendalikan stress.
Selain itu, rutin memeriksa tekanan darah, kolesterol, dan gula darah juga penting dalam mengendalikan serangan jantung.
Dengan mengetahui kondisi tubuh lebih secara lebih menyeluruh, kita bisa melakukan perubahan pola makan atau pola hidup sesuai kebutuhan.
Untuk Imuners yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan bisa datang ke Klinik Imunicare terdekat.
Selain cek kesehatan, Imuners juga bisa sekalian update imun di Klinik Imunicare.
Asma dan serangan jantung memang sama-sama bisa menyebabkan sesak napas dan dada terasa tidak nyaman, tapi keduanya tetap bisa dibedakan.
Asma adalah gangguan pada saluran pernapasan, sedangkan serangan jantung adalah masalah pada aliran darah ke jantung.
Memahami perbedaan ini sangat penting agar kita tidak salah menilai dan bisa segera mengambil langkah penanganan yang tepat.
Jika sesak napas atau nyeri dada terasa mencurigakan, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan medis. Nyawa penderita bergantung pada seberapa cepat tindakan diberikan.
Sumber