Artikel

Homepage/artikel

/sembuh-tapi-masih-sering-kelelahan-waspadai-gejala-covid-yang-tak-kunjung-pergi

Sembuh Tapi Masih Sering Kelelahan? Waspadai Gejala COVID yang Tak Kunjung Pergi

Wednesday, 3rd September 2025

by Admin

waspadai gejala covid.webp

Imuners mungkin merasa kalau pandemi COVID-19 sekarang mereda dengan aktivitas yang kembali normal, masker tidak lagi wajib, dan jalanan sudah ramai seperti dulu.

Meskipun kondisi sudah semakin kondusif, sebagian orang yang pernah terinfeksi masih merasakan dampak dari COVID-19 sampai saat ini.

Meskipun hasil tes sudah negatif dan gejala awal seperti demam atau batuk sudah hilang, masih ada satu masalah yang terus menghantui yaitu rasa lelah yang tak kunjung pergi yang disebut dengan COVID fatigue.

Apa sebenarnya COVID fatigue? Kenapa gejalanya masih ada meski sudah dinyatakan negatif? Bagaimana cara menanggulanginya? Berikut ini pembahasan selengkapnya.

Apa Itu COVID Fatigue?

Istilah COVID fatigue mengacu pada kondisi kelelahan ekstrem yang dialami setelah sembuh dari infeksi COVID-19.

Banyak orang menggambarkannya sebagai rasa capek yang tidak biasa. Bukan seperti kelelahan setelah olahraga atau kurang tidur semalam, melainkan rasa letih yang bisa muncul tanpa sebab, dan bertahan terus-menerus meski sudah banyak istirahat.

Tubuh terasa berat, konsentrasi menurun, dan aktivitas harian yang dulunya ringan bisa terasa seperti beban.

Fenomena ini termasuk dalam gejala “Long COVID”, yaitu kondisi ketika seseorang masih merasakan gangguan kesehatan lebih dari 12 minggu setelah infeksi awal.

Adapun hal yang membuat gejala ini rumit adalah COVID fatigue bisa dialami siapa saja, tidak peduli apakah saat terinfeksi dulu mengalami gejala berat atau hanya gejala ringan.

Bahkan orang yang tidak sempat dirawat di rumah sakit pun tetap bisa mengalami gejala kelelahan berkepanjangan ini.

Seberapa Sering COVID Fatigue Terjadi?

Berdasarkan berbagai penelitian dan tinjauan sistematis yang dilakukan secara global, diperkirakan sekitar 40 hingga 50 persen penyintas COVID-19 mengalami kelelahan berkepanjangan setelah sembuh.

Dalam studi besar yang menganalisis puluhan ribu penyintas, ditemukan bahwa hampir separuhnya masih merasakan kelelahan berbulan-bulan setelah hasil tes mereka menunjukkan negatif.

Bahkan, sebagian kecil melaporkan bahwa kondisi ini bertahan hingga satu tahun atau lebih.

Kenapa COVID Fatigue Bisa Terjadi?

Hingga saat ini belum ada jawaban pasti mengapa COVID fatigue bisa terjadi, dan para ahli masih meneliti penyebab pastinya.

Meskipun penyebabnya belum bisa dipastikan, ada beberapa teori penyebab COVID fatigue yang cukup kuat.

Salah satu teori ini berkaitan dengan fungsi sel tubuh, khususnya bagian yang bernama mitochondria, bagian dari sel yang bertugas memproduksi energi.

Infeksi COVID-19 diduga merusak atau mengganggu kerja mitochondria, sehingga tubuh kesulitan menghasilkan energi.

Inilah yang membuat seseorang merasa cepat lelah meski tidak melakukan aktivitas berat.

Selain itu, ada juga dugaan bahwa sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif selama infeksi bisa terus bereaksi meskipun virus sudah tidak ada.

Hal ini menyebabkan tubuh seolah-olah “berperang” tanpa musuh, dan efeknya bisa membuat kelelahan.

Apa COVID Fatigue Bisa Disembuhkan?

Imuners mungkin bertanya-tanya, apakah COVID Fatigue bisa disembuhkan? Jawabannya iya, tapi prosesnya tidak instan.

Banyak orang yang pulih dari COVID fatigue dalam beberapa minggu, tapi ada juga yang butuh waktu berbulan-bulan.

Sebagian lainnya bahkan mengalami gejala yang hilang-timbul, di mana mereka merasa sudah membaik, tapi beberapa hari kemudian kelelahan kembali datang tanpa alasan yang jelas.

Hal ini membuat banyak penyintas merasa frustasi dan bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh mereka.

Kunci Utama Pemulihan COVID Fatigue, Jangan Memaksakan Diri

Satu hal yang penting dipahami adalah COVID fatigue bukan sesuatu yang bisa “dilawan” dengan memaksa diri tetap produktif.

Memaksakan tubuh untuk terus beraktivitas saat masih mengalami kelelahan justru bisa memperburuk keadaan.

Dalam dunia medis, ada istilah post-exertional malaise, yaitu kondisi di mana gejala memburuk setelah melakukan aktivitas fisik atau mental.

Oleh karena itu, yang dibutuhkan bukan paksaan, tapi pemahaman dan penyesuaian terhadap kapasitas tubuh yang sedang menurun.

Langkah pertama yang dianjurkan adalah belajar mendengarkan tubuh. Saat tubuh memberi sinyal kelelahan, segera istirahat.

Hal ini mungkin terdengar sepele, tapi bagi banyak penyintas Long COVID, kemampuan untuk “membaca sinyal tubuh” menjadi keterampilan penting dalam proses pemulihan.

Cara Mengelola COVID Fatigue

Salah satu pendekatan yang cukup efektif dalam mengelola kelelahan pasca-COVID adalah teknik yang disebut pacing.

Pacing adalah kemampuan untuk mengatur ulang cara kita beraktivitas, tidak memaksakan diri tapi tetap bisa beraktifitas.

Daripada menyelesaikan semua tugas dalam satu waktu, aktivitas dibagi dalam potongan kecil dan diselingi istirahat.

Misalnya, jika biasanya seseorang membersihkan rumah dalam dua jam, maka dengan pacing, pekerjaan itu dibagi dalam beberapa sesi selama sehari, dengan jeda yang cukup.

Selain pacing, tidur yang cukup dan berkualitas juga sangat penting, tapi sayangnya, banyak orang dengan COVID fatigue justru mengalami gangguan tidur.

Banyak penyitas COVID fatigue merasa sangat lelah tapi sulit tidur, atau tidur tapi tidak merasa segar saat bangun.

Oleh karena itu, menjaga rutinitas tidur yang konsisten, menghindari gadget sebelum tidur, dan menciptakan suasana kamar yang tenang bisa membantu memperbaiki kualitas tidur.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika kondisi kelelahan berlangsung lebih dari satu bulan dan terasa mengganggu aktivitas harian, ada baiknya Imuners segera berkonsultasi ke dokter.

Di beberapa negara, layanan kesehatan sudah menyediakan klinik khusus untuk menangani Long COVID.

Di tempat-tempat ini, pasien bisa mendapatkan evaluasi menyeluruh, termasuk tes darah, pemeriksaan jantung dan paru-paru, serta terapi rehabilitasi sesuai kebutuhan.

Walaupun di Indonesia layanan seperti itu belum merata, setidaknya konsultasi awal dengan dokter umum atau spesialis penyakit dalam bisa menjadi langkah awal untuk mendapat bantuan.

Cegah COVID dengan Update Imun

Gejala COVID bukan hanya mengintai pada saat awal terinfeksi, tapi bisa membayangi hingga berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah dinyatakan negatif.

Oleh karena itu, pencegahan dari penyakit ini jauh lebih disarankan ketimbang harus merasakan efek berkepanjangan dari gejalanya. Imunisasi masih menjadi cara paling ampuh untuk mencegah penularan COVID-19 saat ini.

Meskipun sebagian besar Imuners telah menerima imunisasi COVID-19 sebelumnya, disarankan untuk tetap melakukan imunisasi booster. Hal ini penting mengingat daya tahan tubuh terhadap virus COVID-19 dapat menurun seiring waktu. Namun demikian, efektivitas dan kebutuhan booster dapat berbeda-beda tergantung pada kondisi kesehatan masing-masing individu.

Untuk Imuners yang ingin update imun COVID 19, bisa langsung datang ke Klinik Imunicare terdekat yang menyediakan layanan imunisasi dengan vaksin terkini didukung oleh tenaga medis professional.

Kesimpulan

COVID fatigue adalah dampak jangka panjang dari infeksi COVID-19 yang tidak boleh dianggap remeh.

Meski tidak tampak dari luar, pengaruhnya bisa sangat besar terhadap kehidupan seseorang.

Pemulihan membutuhkan waktu, kesabaran, dan penyesuaian. Maka dari itu, pencegahan dengan imunisasi masih menjadi jalan terbaik untuk terhindar dari penyakit ini.

Sumber