Wednesday, 28th May 2025
by Admin
Imuners pernah denger nggak kalo wanita itu frekuensi buang air besarnya lebih jarang daripada laki-laki?
Ternyata wanita secara umum lebih rentan terkena sembelit karena beberapa faktor seperti siklus mentruasi, fase kehamilan, faktor psikologis, dan beberapa faktor lainnya.
Kenapa faktor-faktor ini bisa membuat wanita lebih rentan terkena sembelit? Yuk, simak pembahasan selengkapnya berikut ini.
Sebelum membahas lebih lanjut kenapa wanita lebih sering sembelit dibanding pria, kita perlu tahu dulu sebetulnya apa itu sembelit.
Sembelit, atau dalam istilah medis disebut konstipasi, adalah kondisi saat seseorang kesulitan buang air besar (BAB).
Biasanya ditandai dengan frekuensi BAB yang jarang (kurang dari tiga kali seminggu), tinja yang keras dan kering, serta rasa tidak tuntas setelah BAB.
Walau bisa dialami siapa saja, penelitian dan data medis menunjukkan bahwa wanita lebih sering mengalami sembelit dibanding pria.
Berikut ini beberapa faktor yang menyebabkan wanita lebih sering sembelit ketimbang pria.
Salah satu faktor biologis utama yang membedakan tubuh pria dan wanita adalah panjang usus besar.
Berdasarkan penelitian dari Henry Ford Health, usus besar wanita lebih panjang sekitar 10 cm dibanding pria.
Perbedaan ini membuat pergerakan tinja dari usus besar ke rektum menjadi lebih lambat.
Jika diumpamakan hal ini seperti jalan tol, kalau jalurnya lebih panjang dan berliku, maka kendaraan (dalam hal ini tinja) akan sampai tujuan lebih lambat.
Akibatnya, air yang ada di tinja semakin banyak diserap usus, membuat tinja jadi lebih keras dan sulit dikeluarkan.
Tubuh wanita mengalami siklus hormon yang berubah-ubah setiap bulan karena menstruasi, dan dua dari banyak hormon yang terpengaruh oleh siklus ini yaitu estrogen dan progesteron.
Dua hormon ini ternyata punya pengaruh besar terhadap kerja otot-otot di usus.
Progesteron, misalnya, dikenal bisa mengendurkan otot polos, termasuk otot yang membantu mendorong tinja keluar.
Saat kadar progesteron tinggi (seperti sebelum menstruasi atau saat hamil), pergerakan usus menjadi lambat.
Inilah alasan kenapa banyak wanita mengeluhkan sembelit menjelang menstruasi atau saat hamil muda.
Saat hamil, sembelit jadi keluhan umum yang dibanyak dialami para wanita.
Hal ini terjadi bukan hanya karena hormon progesteron yang meningkat drastis, tapi juga karena rahim yang membesar menekan usus, membuat ruang gerak usus menjadi lebih sempit.
Selain itu, wanita hamil juga cenderung mengonsumsi suplemen zat besi, yang bisa menyebabkan sembelit.
Maka tidak heran kalau banyak ibu hamil sering mengeluhkan sulit buang air besar.
Hal yang satu ini mungkin terdengar sepele, tapi memiliki efek yang luar biasa terhadap sembelit.
Banyak wanita, terutama di tempat umum atau saat di luar rumah, lebih memilih menahan keinginan untuk BAB karena merasa tidak nyaman, malu, atau khawatir dengan kebersihan toilet.
Sayangnya, menahan BAB bukan hanya membuat tidak nyaman, tapi juga bisa memperburuk sembelit.
Ketika tubuh memberikan sinyal ingin BAB dan kita abaikan, maka sinyal itu akan berkurang dari waktu ke waktu. Akhirnya, tubuh "lupa" kapan waktunya BAB, dan ritmenya terganggu.
Wanita lebih sering mengonsumsi obat penghilang nyeri (terutama saat menstruasi), suplemen zat besi, antidepresan, hingga antasida yang mengandung kalsium.
Banyak dari obat ini memiliki efek samping memperlambat pergerakan usus.
Obat penghilang nyeri berbasis opioid (seperti kodein) juga sangat dikenal sebagai penyebab sembelit.
Jika digunakan dalam jangka panjang atau tanpa pengawasan medis, resikonya makin besar.
Salah satu gangguan pencernaan fungsional yang paling umum adalah Irritable Bowel Syndrome (IBS), atau sindrom iritasi usus besar.
Kondisi ini membuat pencernaan jadi sensitif dan reaktif terhadap stres, jenis makanan tertentu, atau perubahan hormon.
Fakta medis menunjukkan bahwa wanita dua kali lebih berisiko terkena IBS dibanding pria, terutama tipe IBS dengan gejala utama sembelit (IBS-C).
Fluktuasi hormon bulanan memperparah gejala dari gangguan pencernaan ini, terutama di fase pramenstruasi.
Stres, rasa cemas, dan gangguan suasana hati punya pengaruh besar terhadap sistem pencernaan.
Usus dan otak saling terhubung lewat sistem saraf pusat, sehingga apa yang kita pikirkan dan rasakan bisa memengaruhi sistem pencernaan.
Wanita secara statistik lebih rentan terhadap stres psikologis, gangguan kecemasan, dan depresi.
Hal ini bisa memperburuk gejala sembelit, terutama jika tidak disertai gaya hidup yang tidak sehat.
Beberapa wanita (terutama yang sedang diet) cenderung mengurangi asupan karbohidrat dan makanan berserat, seperti buah, sayur, dan biji-bijian.
Padahal serat sangat penting untuk menjaga gerakan usus tetap normal.
Kombinasi dari kurang asupan serat, minum air putih yang sedikit, dan kurang bergerak (jarang olahraga) bisa menjadi penyebab kuat seseorang terkena sembelit.
Hal ini bukan hanya terjadi di kalangan wanita yang sudah berusia lanjut, tapi juga terjadi pada golongan remaja dan dewasa muda.
Seiring bertambahnya usia, terutama saat wanita masuk menopause, kadar hormon dalam tubuh mulai menurun dan sistem pencernaan menjadi lebih lambat.
Otot-otot usus tidak sekuat dulu, dan respon tubuh terhadap keinginan BAB pun semakin menurun.
Selain itu, wanita lansia cenderung mengonsumsi lebih banyak obat-obatan, memiliki mobilitas yang terbatas
Tanpa disadari, hal-hal ini bisa menyebabkan sembelit kronis.
Sembelit yang dibiarkan bisa menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
Sembelit bukan cuma soal susah BAB. Jika dibiarkan, sembelit bisa memengaruhi kualitas kehidupan sehari-hari secara signifikan.
Meski wanita lebih rentan terkena sembelit, bukan berarti hal ini tidak bisa dicegah. Berikut ini beberapa langkah yang bisa Imuners lakukan untuk mencegah sembelit:
Sembelit pada wanita bukan sekadar masalah pola makan atau kurang minum. Ada banyak faktor kompleks yang terlibat . dari struktur tubuh, hormon, psikologis, hingga gaya hidup.
Memahami penyebab sembelit secara menyeluruh adalah langkah pertama untuk bisa mencegah sekaligus mengatasinya.
Mulailah dari perubahan kecil: perbaiki pola makan, perbanyak gerak, dan dengarkan sinyal dari tubuh dengan lebih sensitif.
Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit tidak kunjung sembuh.
Sumber