Wednesday, 30th July 2025
by Admin
Imuners mungkin udah tahu bahaya HPV tapi masih ragu buat imunisasi gara-gara banyak mitos negatif yang berkembang soal penyakit yang satu ini.
HPV atau Human Papillomavirus ini termasuk salah satu virus yang paling banyak menginfeksi manusia dan penyebarannya terjadi lewat kontak kulit ke kulit, termasuk lewat hubungan seksual.
Hal ini lah yang membuat banyak mitos negatif yang berkembang seputar HPV dan hal ini juga yang menyebabkan banyak orang masih ragu untuk imunisasi HPV.
Apa saja mitos seputar HPV yang banyak berkembang di masyarakat? Seperti apa fakta sebenarnya mengenai mitos-mitos tersebut? Berikut penjelasan selengkapnya.
HPV atau Human Papillomavirus adalah kelompok virus yang sangat umum dan dapat menginfeksi kulit serta area kelamin melalui kontak kulit-ke-kulit, termasuk saat berhubungan seksual.
Ada lebih dari 100 tipe HPV dan sebagian besar tidak berbahaya dan bisa hilang sendiri berkat sistem kekebalan tubuh.
Akan tetapi, beberapa tipe virus HPV beresiko tinggi dapat menyebabkan penyakit serius seperti kanker serviks, anus, penis, dan tenggorokan, sementara tipe virus yang beresiko rendah sering menyebabkan kutil kelamin.
HPV bisa menyerang siapa saja baik laki-laki maupun perempuan dan sering kali tidak menimbulkan gejala, sehingga banyak orang tidak sadar telah terinfeksi.
Karakteristik ini lah yang membuat banyak mitos berkembang seputar HPV, banyak yang meremehkan bahaya dari virus ini di sisi lain banyak juga yang seolah-olah menyudutkan orang yang terkena virus ini.
Berikut ini beberapa mitos seputar HPV yang banyak berkembang di masyarakat, termasuk fakta sebenarnya mengenai mitos tersebut.
Salah satu kesalahpahaman terbesar soal HPV adalah menganggap bahwa penyakit ini hanya dialami perempuan karena sering dikaitkan dengan kanker serviks.
Faktanya, HPV bisa menginfeksi siapa saja, termasuk kaum laki-laki. Virus ini dapat menyebabkan kutil kelamin, kanker anus, penis, bahkan kanker tenggorokan atau mulut. Menurut data dari CDC, ribuan kasus kanker akibat HPV juga terjadi pada pria setiap tahunnya.
Oleh karena itu, imunisasi HPV tidak hanya penting bagi perempuan, tetapi juga bagi laki-laki agar terlindungi dan tidak menularkan virus kepada pasangannya.
Banyak orang mengira bahwa semua infeksi HPV pasti berujung pada kanker.
Kenyataannya, ada lebih dari seratus tipe HPV, dan hanya sebagian kecil yang termasuk kategori berisiko tinggi seperti HPV tipe 16 dan 18.
Bahkan jika seseorang terinfeksi tipe berisiko tinggi, proses menuju kanker memakan waktu bertahun-tahun.
Lebih dari 90 persen infeksi HPV hilang dengan sendirinya dalam waktu dua tahun berkat sistem kekebalan tubuh.
Jadi, HPV tidak otomatis menyebabkan kanker, meskipun tetap penting untuk dicegah dan dipantau dengan menyeluruh.
Kondom sering dianggap sebagai pelindung sempurna dari semua penyakit menular seksual, termasuk HPV.
Nyatanya, penularan HPV terjadi melalui kontak kulit-ke-kulit di area genital, termasuk bagian yang tidak tertutupi kondom.
Penggunaan kondom memang dapat menurunkan resiko penularan, tetapi tidak mampu mencegah sepenuhnya.
Perlindungan terbaik tetap berasal dari proses imunisasi HPV yang mampu melindungi dari sebagian besar tipe virus penyebab kanker dan kutil kelamin.
Mengandalkan kondom saja tidak cukup, dengan kombinasi imunisasi dan screening rutin perlindungan dari HPV dapat didapatkan dengan lebih maksimal.
Ada anggapan bahwa jika seseorang tidak menunjukkan gejala, berarti ia bebas dari HPV, dan hal ini adalah kesalahpahaman yang berbahaya.
Infeksi HPV sering kali tidak menimbulkan gejala apapun dan bisa bertahan bertahun-tahun tanpa terdeteksi.
Orang yang terinfeksi mungkin terlihat sehat, padahal virus tetap ada dan berpotensi menular kepada pasangan atau memicu perubahan sel yang beresiko menjadi kanker.
Satu-satunya cara untuk mengetahui adanya infeksi adalah melalui skrining, seperti Pap smear atau tes HPV. Menunggu munculnya gejala bukanlah hal yang disarankan.
Sebagian orang tua khawatir bahwa melakukan imunisasi HPV kepada anak remaja akan membuat mereka lebih berani melakukan hubungan seksual.
Kekhawatiran ini tidak didukung bukti ilmiah. Penelitian besar yang melibatkan puluhan ribu remaja di berbagai negara menunjukkan tidak ada kaitan antara imunisasi HPV dan peningkatan perilaku seksual beresiko.
Faktanya, imunisasi dini memberikan perlindungan terbaik karena sistem imun merespons lebih kuat dan vaksin bekerja maksimal sebelum terjadi paparan virus.
Update imun adalah tindakan pencegahan kesehatan, bukan izin untuk perilaku tertentu.
Mitos lain yang sering membuat orang ragu untuk imunisasi adalah anggapan bahwa HPV atau vaksinnya bisa membuat seseorang mandul.
Fakta medis menegaskan tidak ada hubungan antara vaksin HPV dan infertilitas.
Efek samping vaksin umumnya ringan, seperti rasa nyeri di tempat suntikan atau demam ringan, dan tidak memengaruhi kemampuan seseorang untuk memiliki anak.
Infeksi HPV sendiri juga tidak langsung menyebabkan kemandulan. Masalah kesuburan baru muncul jika infeksi berkembang menjadi kanker serviks yang memerlukan pengangkatan rahim atau terapi medis berat.
Dengan mencegah kanker, imunisasi justru membantu melindungi kesuburan perempuan di masa depan.
Setelah melakukan imunisasi HPV, sebagian orang menganggap tidak perlu lagi melakukan Pap smear atau tes HPV.
Imunisasi memang sangat efektif, tetapi hanya melindungi terhadap tipe HPV tertentu, terutama yang berisiko tinggi.
Masih ada tipe HPV lain yang bisa menginfeksi dan memicu kanker. Oleh karena itu, pemeriksaan rutin tetap penting untuk mendeteksi adanya perubahan sel yang bisa berujung pada kanker.
Kombinasi imunisasi dan skrining adalah langkah pencegahan paling kuat untuk melindungi kesehatan jangka panjang.
Memahami fakta di balik mitos hanyalah langkah pertama dalam pencegahan HPV. Perlindungan terbaik datang dari tindakan nyata: imunisasi dan pemeriksaan rutin.
Imunisasi HPV bisa diberikan mulai usia 9 tahun, dengan sasaran utama anak-anak usia 11–12 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
Jika imunisasi dilakukan sebelum usia 15 tahun, hanya diperlukan dua dosis dengan jarak 6 hingga 12 bulan.
Bagi yang mulai diimunisasi setelah usia 15 tahun, atau memiliki sistem imun lemah, diperlukan tiga dosis.
Bahkan bagi orang dewasa hingga usia 45 tahun, vaksin masih bisa memberikan manfaat, meski efektivitasnya lebih rendah dibanding pada usia muda.
Sementara itu, skrining rutin melalui Pap smear dan tes HPV sangat penting, terutama bagi perempuan berusia 21 hingga 65 tahun.
Pemeriksaan ini bisa mendeteksi perubahan sel yang berpotensi menjadi kanker, memungkinkan penanganan lebih awal dan efektif.
Bagi perempuan berusia 30 tahun ke atas, kombinasi Pap smear dan tes HPV memberikan hasil deteksi yang paling akurat.
Selain imunisasi dan skrining, menjaga gaya hidup sehat juga membantu menurunkan risiko komplikasi HPV.
Untuk Imuners yang ingin melakukan imunisasi HPV atau skrining dengan pap smear atau deteksi HPV bisa datang ke Klinik Imunicare terdekat.
HPV adalah virus yang sangat umum dan bisa menginfeksi siapa saja, dan banyak mitos yang membuat orang salah paham soal penyakit yang satu ini.
Dengan memahami fakta medis, kita bisa membuat keputusan yang lebih bijak untuk kesehatan diri sendiri dan orang terdekat.
Imunisasi HPV adalah langkah sederhana yang dapat mencegah sebagian besar kanker terkait HPV, dan skrining rutin melalui Pap smear juga tes HPV penting untuk deteksi dini.
Dengan kombinasi pencegahan ini, kita bisa menurunkan resiko kanker serviks dan penyakit lain yang disebabkan oleh HPV.
Sumber