Artikel

Homepage/artikel

/anak-muda-wajib-tau-perbedaan-maag-dan-gerd-gejala-penyebab-dan-penanganannya

Anak Muda Wajib Tau, Perbedaan Maag dan GERD: Gejala, Penyebab, dan Penanganannya!

Friday, 4th October 2024

by Admin

REQ 04 OKT WEBSITE Perbedaan Maag dan GERD - WEBSITE.webp

Dengan kondisi sekarang yang serba instan banyak anak muda yang mulai dihinggapi penyakit akibat pola hidup tidak sehat, terutama penyakit seperti maag dan GERD.

Maag dan GERD sering kali disalahartikan sebagai kondisi yang sama karena gejalanya yang mirip, tapi sebenarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara maag dan GERD.

Dalam artikel kali ini, kita akan membahas lebih lanjut mengenai perbedaan maag dan GERD, mulai dari gejala, penyebab, juga bagaimana cara menanganinya secara tepat. Yuk, simak pembahasan selengkapnya berikut ini!

Apa Itu Maag?

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai perbedaan maag dan GERD, kita perlu tahu terlebih dahulu mengenai karakteristik dari keduanya.

Maag atau gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi bakteri, penggunaan obat antiinflamasi, stres, atau pola makan yang tidak sehat.

Lapisan lambung memiliki peran penting dalam melindungi lambung dari asam lambung, akibatnya jika lapisan ini rusak atau terganggu, peradangan bisa terjadi dan kondisi inilah yang disebut dengan maag.

Gejala Maag:
  • Rasa sakit atau perih di perut bagian atas.
  • Mual atau muntah.
  • Kembung atau rasa penuh di perut setelah makan.
  • Rasa panas di perut yang terasa seperti terbakar.
  • Kehilangan nafsu makan.

Pada kasus yang lebih parah, maag bisa menyebabkan muntah darah atau tinja berwarna gelap, yang menandakan adanya pendarahan di lambung.

Jika gejala seperti ini muncul, saegera pergi ke dokter atau rumah sakit untuk mendapatkan penangan lebih lanjut.

Apa Itu GERD?

GERD adalah kondisi yang terjadi ketika asam lambung atau isi lambung lainnya naik kembali ke kerongkongan, menyebabkan iritasi pada lapisan kerongkongan.

Kondisi ini terjadi karena otot sfingter esofagus bagian bawah tidak berfungsi dengan baik, sehingga asam lambung bisa naik kembali ke kerongkongan.

Gejala GERD:
  • Sensasi terbakar di dada (heartburn) yang seringkali lebih buruk setelah makan atau saat berbaring.
  • Rasa asam atau pahit di mulut.
  • Kesulitan menelan (disfagia).
  • Batuk kronis, seringkali lebih buruk pada malam hari.
  • Suara serak atau sakit tenggorokan.

Karakteristik ini lah yang menjadi dasar perbedaan maag dan GERD. Meskipun sama-sama terkait dengan lambung tapi keduanya memiliki sebab yang berbeda.

Jika GERD tidak ditangani dengan baik, asam lambung yang terus-menerus naik ke kerongkongan bisa menyebabkan komplikasi serius.

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat GERD yang tidak ditangani dengan baik seperti peradangan kerongkongan, luka pada kerongkongan, atau bahkan meningkatkan risiko kanker esofagus.

Perbedaan Utama Maag dan GERD

Meskipun gejala maag dan GERD bisa terasa mirip, terutama rasa terbakar di bagian perut atau dada, ada beberapa perbedaan mendasar antara keduanya:

  1. Lokasi Peradangan:
    • Maag: Peradangan terjadi di lapisan lambung.
    • GERD: Masalah utama ada pada kerongkongan akibat asam lambung yang naik kembali.
  2. Penyebab:
    • Maag: Bisa disebabkan oleh infeksi bakteri (seperti Helicobacter pylori), penggunaan obat antiinflamasi, stres, atau konsumsi alkohol dan makanan pedas.
    • GERD: Terjadi karena otot sfingter esofagus bagian bawah melemah atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga asam lambung naik kembali ke kerongkongan.
  3. Gejala Utama:
    • Maag: Nyeri atau perih di perut bagian atas, mual, kembung.
    • GERD: Sensasi terbakar di dada (heartburn), rasa asam atau pahit di mulut, batuk kronis, dan suara serak.
  4. Komplikasi:
    • Maag: Jika tidak diobati, maag bisa menyebabkan ulkus (luka) di lambung atau bahkan pendarahan lambung.
    • GERD: Dapat menyebabkan esofagitis (peradangan kerongkongan), luka pada kerongkongan, atau kondisi yang lebih serius seperti Barrett's esophagus yang bisa meningkatkan risiko kanker esofagus.

Itu dia penjabaran lebih lanjut mengenai perbedaan maag dan GERD, dan dari sini Imuners bisa lebih paham mengenai keduanya.

Penyebab Maag dan GERD

Selain memahami perbedaan maag dan GERD, penting juga untuk mengetahui apa yang memicu kedua kondisi ini.

Maag dan GERD memiliki pemicu yang berbeda. Berikut ini penjelasan lebih lengkapnya:

Penyebab Maag:
  • Infeksi Bakteri: Bakteri Helicobacter pylori sering dikaitkan dengan kasus maag. Bakteri ini dapat menginfeksi lapisan lambung dan menyebabkan peradangan.
  • Obat-Obatan: Penggunaan jangka panjang obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen atau aspirin, dapat mengikis lapisan lambung dan memicu maag.
  • Pola Makan yang Buruk: Makanan yang terlalu pedas, berlemak, atau asam dapat memicu iritasi pada lambung.
  • Stres: Stres emosional atau fisik yang berlebihan bisa memicu produksi asam lambung berlebih, yang akhirnya menyebabkan peradangan di lambung.
Penyebab GERD:
  • Melemahnya Sfingter Esofagus: Sfingter yang tidak menutup dengan baik memungkinkan asam lambung mengalir kembali ke kerongkongan, memicu gejala GERD.
  • Obesitas : Kelebihan berat badan dapat memberikan tekanan ekstra pada perut, memicu refluks asam.
  • Kehamilan : Wanita hamil lebih rentan mengalami refluks asam karena peningkatan tekanan di perut.
  • Pola Makan yang Tidak Sehat : Konsumsi makanan berlemak, asam, atau pedas, serta kebiasaan makan terlalu banyak bisa memicu refluks asam.

Cara Menangani Maag dan GERD

Setelah mengetahui perbedaan maag dan GERD juga apa pemicunya, Imuners juga perlu mengetahui bagaimana cara menangani kondisi ini.

Baik maag maupun GERD memerlukan penanganan yang tepat agar tidak berkembang menjadi kondisi yang lebih serius.

Cara mengatasi maag dan GERD supaya tidak lebih parah bisa melibatkan perubahan gaya hidup, pengobatan, atau bahkan intervensi medis jika diperlukan.

Penanganan Maag:
  • Mengubah Pola Makan: Hindari makanan yang terlalu pedas, asam, atau berlemak, serta batasi konsumsi alkohol dan kafein.
  • Menghindari Stres : Mengelola stres dengan teknik relaksasi, seperti meditasi atau yoga, dapat membantu mengurangi gejala maag.
  • Obat Antasida atau Proton Pump Inhibitors (PPI): Obat-obatan ini dapat mengurangi produksi asam lambung dan meredakan gejala peradangan lambung.
  • Antibiotik : Jika maag disebabkan oleh infeksi bakteri Helicobacter pylori, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk menghilangkan infeksi tersebut.
Penanganan GERD:
  • Menghindari Makanan Pemicu GERD: Makanan berlemak, pedas, atau asam harus dihindari karena dapat memperburuk refluks asam.
  • Makan dengan Porsi Kecil : Menghindari makan berlebihan dan makan dalam porsi kecil namun lebih sering bisa membantu mengurangi tekanan di perut.
  • Hindari Berbaring Setelah Makan : Sebaiknya beri jeda waktu sekitar 2-3 jam setelah makan sebelum berbaring, untuk mencegah refluks asam.
  • Obat PPI atau H2 Blocker : Obat-obatan ini bekerja dengan mengurangi produksi asam lambung, membantu meredakan gejala GERD.
  • Operasi : Pada kasus yang lebih parah, operasi seperti fundoplikasi dapat dilakukan untuk memperbaiki sfingter esofagus yang lemah.

Kebiasaan yang Perlu Dihindari untuk Mengelola Maag dan GERD

Untuk dapat mengelola maag dan GERD dengan baik, tidak hanya bergantung pada pengobatan yang tepat, tetapi juga memerlukan perubahan gaya hidup yang signifikan.

Ada beberapa kebiasaan sehari-hari yang tanpa disadari dapat memperburuk gejala kedua kondisi ini.

Berikut adalah beberapa kebiasaan yang perlu dihindari agar maag dan GERD tidak semakin parah:

Merokok

Merokok dapat melemahkan otot sfingter esofagus bagian bawah yang berfungsi mencegah asam lambung naik kembali ke kerongkongan.

Bagi penderita GERD, rokok bisa meningkatkan frekuensi refluks asam, sementara pada penderita maag, zat kimia dalam rokok dapat mengiritasi lapisan lambung dan memperburuk peradangan.

Mengonsumsi Makanan Pedas dan Berlemak

Makanan pedas dan berlemak diketahui dapat memicu produksi asam lambung yang lebih tinggi.

Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat menyebabkan peradangan lambung pada penderita maag dan meningkatkan risiko refluks asam pada penderita GERD.

Bagi penderita maag dan GERD disarankan untuk mengurangi konsumsi makanan seperti gorengan, saus pedas, dan makanan dengan kandungan lemak tinggi.

Makan Terlalu Cepat dan Berlebihan

Makan dengan cepat atau dalam porsi besar bisa memberikan tekanan ekstra pada lambung, yang kemudian memicu produksi asam lambung berlebih.

Hal ini dapat memperparah gejala maag serta meningkatkan kemungkinan refluks asam pada penderita GERD.

Sebaiknya makan dalam porsi kecil secara perlahan, dan kunyah makanan dengan baik sebelum menelan.

Langsung Berbaring Setelah Makan

Berbaring setelah makan, terutama jika porsi makanan besar, bisa memicu refluks asam pada penderita GERD karena posisi tubuh yang horizontal membuat asam lambung lebih mudah naik ke kerongkongan.

Idealnya, beri waktu sekitar 2-3 jam setelah makan sebelum berbaring atau tidur.

Mengonsumsi Minuman Berkafein dan Beralkohol

Minuman berkafein seperti kopi, teh, serta minuman beralkohol dapat merangsang produksi asam lambung dan mengiritasi lapisan lambung.

Selain itu, alkohol juga melemahkan sfingter esofagus sehingga meningkatkan risiko refluks asam.

Cobalah untuk membatasi atau bahkan menghindari konsumsi kafein dan alkohol demi menjaga kesehatan lambung dan kerongkongan.

Stres yang Tidak Terkelola dengan Baik

Stres dapat meningkatkan produksi asam lambung yang memicu gejala maag dan GERD.

Selain itu, stres juga dapat memicu perilaku makan yang tidak sehat, seperti makan terlalu banyak atau mengonsumsi makanan tidak sehat.

Mengelola stres dengan baik melalui meditasi, olahraga, atau hobi dapat membantu mengurangi gejala kedua kondisi ini.

Dengan menghindari kebiasaan-kebiasaan di atas, gejala maag dan GERD dapat lebih mudah dikelola dan risiko komplikasi dapat dikurangi.

Selain itu, mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat akan memberikan dampak positif jangka panjang bagi kesehatan pencernaan.

Jadi selain mengerti perbedaan maag dan GERD, mengerti kebiasaan yang bisa memicu keduanya juga tidak kalah penting.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika gejala maag atau GERD berlangsung terus-menerus, tidak kunjung membaik dengan perubahan gaya hidup, atau malah semakin parah, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Terutama jika ada tanda-tanda serius seperti muntah darah, tinja berwarna gelap, penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan, atau kesulitan menelan, penanganan medis segera sangat diperlukan.

Kesimpulan

Maag dan GERD adalah dua kondisi pencernaan yang sering kali membingungkan karena beberapa gejala yang serupa, namun keduanya memiliki penyebab, gejala, dan penanganan yang berbeda.

Mengetahui perbedaan ini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi serius di kemudian hari.

Jika mengalami gejala-gejala yang mengganggu, segera lakukan perubahan gaya hidup dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional.

Sumber