Artikel

Homepage/artikel

/jangan-sampai-kena-ini-alasan-kamu-harus-imunisasi-tifoid

Jangan Sampai Kena! Ini Alasan Kamu Harus Imunisasi Tifoid

Wednesday, 18th June 2025

by Admin

imunisasi tipoid.webp

Imuners, udah pernah denger istilah tipes dan demam tifoid? Kedengarannya mirip banget, ya, sampai-sampai banyak yang nyangka itu penyakit yang sama. Padahal sebenarnya beda, lho! Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan biasanya ditularkan lewat makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sementara itu, tipes—atau dalam bahasa medisnya typhus—disebabkan oleh bakteri dari kelompok Rickettsia dan ditularkan lewat gigitan kutu atau tungau. Jadi, meskipun namanya mirip-mirip, penyebab dan cara penularannya beda banget, Imuners!

Demam tifoid sering jadi mimpi buruk untuk orang-orang di usia produktif karena proses pemulihannya yang biasanya memakan waktu cukup lama.

Padahal, ancaman dari demam tifoid ini bisa diminimalisir lewat program imunisasi loh.

Seperti apa sebenarnya karakteristik dari demam tifoid? Seberapa ampuh imunisasi bisa menjaga kita dari ancaman penyakit ini? Yuk, simak informasi selengkapnya berikut ini.

Apa Itu Tifoid?

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai demam tifoid, kita perlu tahu terlebih dahulu karakteristik dari penyakit ini.

Demam Tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bernama Salmonella enterica serovar Typhi, atau yang biasa disingkat dengan Salmonella Typhi.

Penyakit ini muncul karena makanan atau minuman yang tercemar kotoran yang membawa bakteri tersebut.

Dengan kata lain, tifoid bisa dikategorikan sebagai penyakit "kotor" karena penularan penyakit ini berakar pada sistem sanitasi yang buruk.

Tifoid masih banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Pakistan, sebagian Afrika, dan Amerika Selatan.

Karena itu, WHO, CDC, NHS, dan berbagai badan kesehatan dunia sangat menaruh perhatian pada penyakit ini.

Kenapa Tifoid Berbahaya?

Demam tifoid bisa terlihat sepele di awal karena gejala yang umumnya muncul berupa demam ringan, lemas, nyeri perut, mual, dan kadang sembelit atau diare.

Akan tetapi, kalau tidak diobati dengan baik, tifoid bisa menjadi sangat berbahaya dan berpotensi menimbulkan komplikasi yang serius bagi tubuh.

Berikut ini beberapa komplikasi serius tifoid yang mungkin terjadi.

  • Perdarahan usus
  • Perforasi usus (usus bocor)
  • Infeksi organ lain seperti hati, ginjal, atau jantung
  • Syok sepsis (ketika infeksi menyebar ke seluruh tubuh)

Setelah sembuh, ada sekitar 2–5% orang yang bisa menjadi carrier alias pembawa bakteri tanpa gejala. Orang-orang ini tetap bisa menularkan penyakit ke orang lain.

Karena itu, pencegahan jauh lebih penting daripada pengobatan. Salah satu cara pencegahan utama yang paling efektif adalah dengan imunisasi tifoid.

Bagaimana Penularan Tifoid Terjadi?

Sumber penularan tifoid biasanya melalui hal-hal seperti:

  • Air minum yang terkontaminasi atau kotor
  • Makanan yang dicuci dengan air kotor
  • Es batu dari air yang tidak bersih
  • Buah atau sayuran mentah yang terkontaminasi
  • Tangan yang kotor saat menyiapkan makanan

Karena proses penularan lewat makanan dan minuman inilah, tifoid menjadi sangat mudah menyebar di tempat-tempat dengan sanitasi buruk.

Imunisasi Tifoid

Sekarang kita masuk ke pembahasan utama yaitu mengenai imunisasi tifoid, dan kenapa sangat penting untuk dilakukan.

Imunisasi tifoid adalah proses pemberian vaksin untuk melindungi seseorang dari infeksi bakteri Salmonella Typhi.

Imunisasi ini bekerja dengan cara merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi terhadap bakteri penyebab tifoid.

Jadi, ketika bakteri masuk ke tubuh, sistem imun kita sudah siap menyerang sebelum bakteri tersebut berkembang biak dan menyebabkan penyakit.

Proses ini meminimalisir resiko terkena penyakit, dan apabila terserang sekalipun biasanya gejala yang ditimbulkan akan lebih ringan dibanding dengan yang tidak melakukan imunisasi.

Siapa yang Disarankan untuk Mendapatkan Vaksin?

Imunisasi tifoid sebenarnya disarankan untuk diambil oleh semua orang, akan tetapi ada beberapa kelompok yang dinilai lebih rentan dan lebih urgent untuk melakukan imunisasi.

Berikut ini kelompok orang yang disarankan untuk melakukan imunisasi tifoid:

  • Anak-anak yang tinggal di daerah endemik tifoid (seperti Indonesia).
  • Pelancong yang akan pergi ke negara dengan tingkat tifoid tinggi.
  • Orang yang bekerja di laboratorium yang menangani Salmonella Typhi.
  • Orang yang tinggal di lingkungan padat dengan sanitasi buruk.
  • Tenaga kesehatan di daerah risiko tinggi.
Jenis-Jenis Vaksin untuk Imunisasi Tifoid

Ada beberapa jenis vaksin tifoid yang saat ini digunakan untuk imunisasi tifoid secara global.

Berikut ini beberapa jenis vaksin tifoid yang paling umum digunakan di seluruh dunia.

1. Vaksin Konjugat (TCV – Typhoid Conjugate Vaccine)

Vaksin Konjugat (TCV – Typhoid Conjugate Vaccine) merupakan jenis vaksin tifoid yang menggunakan polisakarida Vi yang diikat dengan protein carrier.

Imunisasi yang menggunakan vaksin ini dilakukan dengan suntikan, dan keunggulannya adalah dapat diberikan sejak usia 6 bulan.

Pemberiannya cukup satu kali dosis, meskipun dalam beberapa kasus booster mungkin diperlukan setelah tiga tahun, tergantung pada rekomendasi dokter atau faktor resiko seseorang.

Efektivitas imunisasi dengan vaksin TCV tergolong tinggi, dengan tingkat perlindungan yang bisa mencapai 80 hingga 90 persen.

2. Vaksin Polisakarida (Vi-PS)

Vaksin Polisakarida (Vi-PS) merupakan jenis vaksin tifoid yang menggunakan polisakarida kapsul Vi sebagai bahan utamanya.

Proses imunisasi dengan vaksin ini dilakukan melalui suntikan ke otot, biasanya di bagian lengan atas.

Imunisasi dengan vaksin Vi-PS direkomendasikan untuk anak usia 2 tahun ke atas hingga orang dewasa.

Dosis yang diberikan cukup satu kali suntikan, dengan pengulangan atau booster setiap 2 hingga 3 tahun jika seseorang masih berada dalam kondisi atau lingkungan berisiko tinggi terkena tifoid.

Efektivitas imunisasi menggunakan vaksin ini berada pada kisaran 50 hingga 75 persen, dan cara pemberiannya juga cukup praktis karena hanya membutuhkan satu kali suntikan.

Kapan Imunisasi Sebaiknya Dilakukan?

Idealnya, imunisasi dilakukan minimal 2 minggu sebelum resiko paparan, misalnya sebelum melakukan perjalanan ke daerah endemik atau daerah dengan resiko paparan tinggi.

Untuk program imunisasi rutin, vaksin konjugat TCV bisa diberikan sejak bayi usia 6 bulan.

WHO turut mendorong agar imunisasi tifoid dimasukkan ke dalam program imunisasi nasional di negara endemik, karena penyakit ini menyebar sangat cepat terutama di kawasan dengan sanitasi buruk.

Efek Samping Imunisasi Tifoid

Seperti halnya imunisasi lain, imunisasi tifoid juga bisa menimbulkan efek samping ringan, namun sangat jarang menimbulkan efek samping berat.

Efek samping yang umum dialami setelah imunisasi tifoid seperti:

  • Nyeri, kemerahan, atau bengkak di area suntikan.
  • Demam ringan.
  • Sakit kepala.
  • Kelelahan ringan.
  • Mual atau sakit perut (pada vaksin oral).
  • Efek samping berat seperti alergi parah (anafilaksis) sangat jarang terjadi.
Di Mana Bisa Melakukan Imunisasi Tifoid

Imunisasi tifoid bisa dilakukan di berbagai fasilitas kesehatan yang menyediakan vaksin tifoid, seperti Klinik Imunicare.

Di Klinik Imunicare , Imuners juga bisa berkonsultasi terlebih dahulu jika dirasa memiliki alergi atau kondisi tertentu.

Selain update imun tifoid, Klinik Imunicare juga memfasilitasi berbagai jenis imunisasi yang didukung oleh tenaga medis professional.

Pencegahan Lain Selain Imunisasi

Selain imunisasi, ada beberapa langkah penting lainnya yang bisa membantu mencegah penularan tifoid.

Pertama, pastikan untuk selalu mengonsumsi air bersih. Pilihlah air matang, air kemasan yang tersegel, atau air yang sudah melalui proses sterilisasi.

Selanjutnya, hindari menggunakan es batu sembarangan karena sering kali es batu dibuat dari air keran yang kebersihannya belum terjamin.

Selain itu, pastikan semua makanan yang dikonsumsi dimasak dengan sempurna.

Hindari makanan yang setengah matang atau mentah, terutama daging, seafood, dan telur, karena makanan yang belum matang bisa menjadi sumber bakteri.

Terakhir, selalu biasakan untuk mencuci tangan dengan sabun, terutama sebelum makan, setelah buang air besar, atau setelah menyentuh benda-benda yang kotor.

Dengan menerapkan langkah-langkah sederhana ini, resiko terkena tifoid bisa dikurangi secara signifikan.

Kesimpulan

Demam tifoid masih sangat mengancam, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Sanitasi yang buruk menjadi akar utama penyebaran tifoid karena penyakit ini menyebar melalui kotoran yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman.

Imunisasi adalah cara paling efektif dan efisien untuk melindungi diri, keluarga, dan masyarakat dari penyakit ini.

Mencegah jauh lebih murah dan mudah daripada mengobati. Mulai lindungi diri dan keluarga kita dari tifoid dengan imunisasi.

Sumber

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470571/ https://www.nhs.uk/conditions/typhoid-fever/vaccination/ https://www.who.int/teams/immunization-vaccines-and-biologicals/diseases/typhoid https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/current-vis/typhoid.html https://www.mayoclinic.org/drugs-supplements/typhoid-vaccine-intramuscular-route/description/drg-20066585 https://www.cdc.gov/typhoid-fever/about/index.html https://www.nhs.uk/conditions/typhoid-fever/