Monday, 14th July 2025
by Admin
Ketika pandemi COVID-19, Imuners mungkin sering denger soal masyarakat yang skeptis soal imunisasi dan ternyata hal ini bukan terjadi di Indonesia saja loh.
Di antara puluhan negara yang berjuang melawan narasi negatif soal imunisasi di masyarakat, ada beberapa yang menonjol karena sukses mencapai tingkat imunisasi sangat tinggi diantaranya Portugal, Jepang, dan Korea Selatan.
Masing-masing negara ini punya cerita unik. Ada yang cepat sejak awal, ada yang lambat tapi kemudian melejit, ada juga yang sangat mengandalkan teknologi dan data.
Kali ini kita akan bahas kenapa 3 negara ini bisa berhasil menaikkan tingkat imunisasi warga negaranya dan apa pengaruhnya terhadap taraf kesehatan di negara tersebut.
Portugal bukan negara dengan sumber daya paling besar di Eropa, tapi dalam hal imunisasi negara ini jadi salah satu yang paling sukses di dunia.
Dalam waktu sekitar 9 bulan sejak program imunisasi VPVID-19 dimulai pada Desember 2020, lebih dari 85% penduduk dewasa telah menerima imunisasi lengkap.
Berikut ini beberapa hal yang menyebabkan Portugal sukses menjalankan program imunisasi mereka.
Salah satu kunci utama ada kenapa Portugal berhasil melakukan imunisasi dengan baik adalah pada pemilihan pemimpin program imunisasi itu sendiri.
Pemimpin program yang dipilih bukan politisi, bukan birokrat tapi seorang perwira militer: Laksamana Muda Henrique Gouveia e Melo.
Laksamana Muda Henrique bukan hanya dikenal disiplin, tapi juga netral secara politik. Ia tampil sederhana, berseragam militer, dan berbicara langsung ke publik dengan bahasa yang lugas.
Ia menyebut program imunisasi ini sebagai misi perang melawan virus. Dengan kepemimpinan seperti ini, kepercayaan masyarakat meningkat drastis.
Data menunjukkan bahwa tingkat penolakan imunisasi di Portugal sangat rendah, hanya sekitar 3%. Angka ini termasuk yang paling kecil di Eropa.
Kombinasi antara kepemimpinan netral, sistem logistik yang baik, dan masyarakat yang percaya pada sains menjadi kunci kesuksesan Portugal dalam menjalankan imunisasi.
Berkat tingkat kepercayaan tinggi masyarakat terhadap program imunisasi, Portugal menjadi salah satu negara dengan angka imunisasi tertinggi ketika wabah COVID-19 terjadi.
Selain itu, kekebalan kelompok yang terbentuk di masyarakat juga membantu melindungi masyarakat dari serangan penyakit menular mematikan.
Berkat hal ini tingkat kematian bayi di Portugal terbilang rendah, rata-rata hanya 3,2 kematian dari 1.000 kelahiran.
Berbeda dengan Portugal, Jepang memulai program imunisasi dengan sangat lambat.
Saat negara-negara seperti AS dan Inggris sudah melakukan imunisasi COVID-19 pada puluhan persen penduduknya, Jepang baru mulai menyuntikkan vaksin pada Februari 2021 sekitar dua bulan lebih lambat dari negara maju lainnya.
Tapi meski terlambat, Jepang justru berhasil mengejar ketertinggalan. Menjelang akhir 2021, lebih dari 80% penduduk Jepang sudah menerima vaksin dosis lengkap.
Ada beberapa alasan mengapa Jepang memulai imunisasi COVID-19 dengan lambat. Pertama, proses persetujuan imunisasi dilakukan dengan sangat hati-hati.
Pemerintah memilih untuk menunggu hasil uji klinis lokal terlebih dahulu sebelum memberikan izin penggunaan vaksin internasional seperti Pfizer dan Moderna.
Kedua, distribusi vaksin tidak langsung dilakukan secara masif. Sistem kesehatan di Jepang cenderung kompleks, di mana masyarakat biasanya langsung mendatangi rumah sakit atau spesialis, bukan ke dokter umum seperti di banyak negara lain.
Hal ini membuat penyaluran vaksin tidak seefisien yang diharapkan. Ketiga, ada sejarah skeptisisme terhadap imunisasi di Jepang.
Kunci keberhasilan Jepang dalam mengejar ketertinggalan imunisasi terletak pada kombinasi edukasi, observasi, dan budaya kolektif yang kuat.
Masyarakat Jepang pada dasarnya cenderung berhati-hati dan lebih suka mengamati terlebih dahulu.
Setelah melihat bahwa jutaan orang di luar negeri telah divaksin tanpa mengalami efek samping serius, kepercayaan mereka mulai tumbuh.
Di saat yang sama, edukasi publik dilakukan secara konsisten oleh pemerintah, media, dan tenaga medis, dengan menyampaikan informasi yang jujur, berimbang, dan tidak menakut-nakuti.
Selain COVID 19, Jepang juga berhasil melakukan imunisasi flu kepada tenaga kesehatan hingga di atas 90%.
Angka ini tercapai berkat kebijakan pemerintah Jepang yang mewajibkan imunisasi influenza untuk melindungi tenaga kesehatan.
Dengan hal ini, tenaga medis menjadi lebih terlindungi dan mengurangi tingkat rawat inap karena influenza.
Korea Selatan juga memulai imunisasi COVID-19 sedikit lebih lambat, sekitar Februari 2021.
Akan tetapi, begitu program berjalan, imunisasi meningkat dengan sangat cepat. Sistemnya sangat terorganisir, berbasis data, dan memanfaatkan teknologi digital.
Warga bisa mendaftar program imunisasi secara online, memilih lokasi, dan mendapatkan pemberitahuan secara digital. Prosesnya cepat, tertib, dan adil.
Data imunisasi juga dipublikasikan secara transparan agar publik tahu progresnya.
Salah satu langkah maju Korea Selatan adalah mengembangkan vaksin lokal sendiri, seperti Skycovione.
Meski belum digunakan luas, ini menunjukkan keseriusan mereka membangun ketahanan vaksin nasional.
Sejak Oktober 2023, pemerintah juga mulai menjalankan program imunisasi COVID-19 tahunan, mirip seperti vaksin flu.
Targetnya adalah kelompok usia ≥6 bulan, terutama lansia, tenaga kesehatan, dan orang dengan penyakit kronis.
Selain COVID-19, Korea Selatan juga berhasil menjalankan program imunisasi Campak dan Hepatitis B secara luas dan sistematis.
Pandemi campak pernah terjadi di Korea Selatan pada tahun 2000 hingga 2001, kemudian program imunisasi campak nasional dilakukan dan berhasil mengeliminasi penularan campak secara lokal.
Selain itu, program screening bagi bayi dan ibu hamil juga dilakukan di Korea Selatan untuk meminimalisir angka transmisi Hepatitis B.
Meski latar belakangnya berbeda-beda, Portugal, Jepang, dan Korea Selatan punya beberapa kesamaan yang membuat mereka berhasil:
Semua negara ini berhasil membangun atau memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi.
Di Portugal lewat figur militer netral, di Jepang lewat edukasi bertahap, dan di Korea lewat transparansi dan teknologi.
Ketiga negara ini punya sistem imunisasi yang rapi dan terstruktur. Portugal menggunakan sistem seperti jalur produksi, Jepang manfaatkan rumah sakit & klinik, dan Korea menggunakan reservasi online.
Budaya kolektif kuat di Jepang dan Korea membuat orang merasa bertanggung jawab untuk melindungi bukan cuma diri sendiri, tapi juga orang di sekitarnya..
Keberhasilan imunisasi di Portugal, Jepang, dan Korea Selatan bukan hanya karena banyak vaksin tersedia, tapi karena pemerintah berhasil mengubah mindset masyarakatnya soal imunisasi.
Meskipun pada awalnya ragu dan skeptis, dengan proses edukasi berkelanjutan masyarakat perlahan mulai menerima fakta bahwa imunisasi memang diperlukan dan tidak berbahaya.
Dengan program imunisasi yang menyeluruh, masyarakat akan semakin terlindungi dari ancaman penyakit menular berbahaya.
Sumber