Artikel

Homepage/artikel

/waspada-japanese-encephalitis-penyakit-otak-serius-akibat-gigitan-nyamuk

Waspada Japanese Encephalitis, Penyakit Otak Serius Akibat Gigitan Nyamuk!

Wednesday, 19th November 2025

by Admin

japanese enchepalitis.webp

Kalo ngomongin soal penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Imuners pasti langsung kepikiran demam berdarah, malaria, atau chikungunya padahal ada juga penyakit Japanese Encephalitis yang nggak kalah berbahaya.

Jumlah penderita Japanese Encephalitis setiap tahunnya memang tidak sebanyak DBD, malaria, atau chikungunya, dan itulah kenapa masih banyak masyarakat yang belum tahu soal penyakit ini.

Potensi bahaya dari Japanese Encephalitis terbilang cukup tinggi, dan bisa fatal jika tidak ditangani dengan baik.

Seperti apa sebenarnya karakteristik dari Japanese Encephalitis? Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengobati penyakit ini? Berikut penjelasan selengkapnya!

Apa Itu Japanese Encephalitis?

Japanese Encephalitis, atau sering disingkat JE, adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan menyerang sistem saraf pusat, khususnya otak.

Penyakit ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus JE sebelumnya.

Meskipun namanya berbau “Jepang”, penyakit ini sebenarnya tersebar luas di banyak wilayah Asia, termasuk Indonesia, terutama di daerah pertanian, sawah, dan tempat-tempat dengan genangan air.

Yang membuat JE berbahaya adalah virus ini bisa menyebabkan peradangan pada otak atau selaput otak, yang dalam istilah medis disebut dengan ensefalitis.

Jika tidak ditangani dengan cepat, infeksi ini bisa menyebabkan kematian atau gangguan saraf permanen, seperti kelumpuhan, gangguan bicara, atau masalah kognitif.

Oleh karena itu, mengenali penyakit ini sedini mungkin sangat penting agar penderita bisa ditangani dengan lebih cepat dan tepat.

Bagaimana Japanese Encephalitis Menyebar?

Penyebaran Japanese Encephalitis tidak terjadi dari manusia ke manusia secara langsung, melainkan melalui perantara nyamuk, khususnya jenis Culex, yang biasanya aktif saat malam hari.

Nyamuk ini berkembang biak di lingkungan yang lembap dan cenderung hidup di sekitar sawah, peternakan, atau di tempat penampungan air.

Beberapa jenis hewan seperti babi dan unggas yang mencari makan di perairan seperti bebek atau burung bangau berperan sebagai inang alami virus ini.

Artinya, nyamuk yang menggigit hewan-hewan tersebut dapat membawa virus dan kemudian menularkannya ke manusia.

Akan tetapi manusia tidak dapat menularkan virus ini ke orang lain.

Siapa Saja yang Beresiko Terinfeksi Japanese Encephalitis?

Japanese Encephalitis bisa menyerang siapa saja, tapi ada beberapa kelompok orang yang lebih beresiko tertular.

Kelompok yang paling beresiko tertular JE adalah mereka yang tinggal atau bekerja di area terbuka seperti persawahan atau peternakan, terutama di daerah yang minim pengendalian nyamuk.

Anak-anak, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki kekebalan tubuh lemah juga cenderung mengalami gejala yang lebih berat ketika terinfeksi.

Penyakit ini juga lebih banyak muncul saat musim hujan, ketika populasi nyamuk meningkat.

Gejala Japanese Encephalitis

Gejala dari Japanese Encephalitis tergolong sulit untuk dibedakan di fase awal karena gejalanya mirip seperti flu.

Selain itu, sebagian besar orang yang terinfeksi virus ini tidak menunjukkan gejala sama sekali di tahap awal.

Diperkirakan hanya satu dari sekitar 250 orang yang benar-benar jatuh sakit setelah terinfeksi, dan ketika gejalanya muncul dampaknya bisa sangat serius.

Pada tahap awal, penderita biasanya mengalami demam tinggi, sakit kepala, mual, muntah, dan rasa lemas.

Gejala ini sering kali dikira sebagai flu biasa, padahal bisa menjadi tanda awal infeksi yang lebih berbahaya.

Jika infeksi berkembang dan mencapai otak, maka gejala akan menjadi semakin berat.

Penderita bisa mengalami kekakuan leher, kejang, gangguan kesadaran, hingga koma.

Beberapa kasus juga menunjukkan gangguan motorik seperti tremor atau gerakan tak terkendali.

Pada titik ini, kondisi pasien sudah sangat kritis dan memerlukan perawatan intensif, dan data menunjukkan bahwa mereka yang mengalami gejala berat, sekitar 20 hingga 30 persen meninggal dunia.

Sedangkan dari pasien yang berhasil selamat, sekitar sepertiganya mengalami gangguan neurologis jangka panjang yang berdampak pada kualitas hidup sehari-hari.

Bagaimana Cara Diagnosa Japanese Encephalitis?

Untuk memastikan diagnosis Japanese Encephalitis, dokter akan memeriksa gejala klinis dan menanyakan riwayat perjalanan atau tempat tinggal pasien, terutama jika ia berada di wilayah yang tergolong endemik.

Pemeriksaan tambahan seperti tes darah dan analisis cairan otak (melalui prosedur yang disebut lumbar puncture) bisa dilakukan untuk mendeteksi keberadaan virus atau antibodi terhadap JE.

Pemindaian otak seperti MRI atau CT-scan juga terkadang dilakukan untuk melihat adanya pembengkakan atau kerusakan di jaringan otak.

Cara Menyembuhkan Japanese Encephalitis

Sampai saat ini, belum ditemukan obat yang bisa langsung membunuh virus penyebab Japanese Encephalitis di dalam tubuh.

Pengobatan yang diberikan bersifat suportif, artinya hanya untuk meringankan gejala dan menjaga kondisi tubuh agar tidak memburuk.

Pasien yang mengalami kejang akan diberi obat anti-kejang, demam diatasi dengan antipiretik, dan tubuh dijaga tetap terhidrasi dengan cairan.

Pada kasus yang berat, pasien mungkin memerlukan alat bantu napas atau perawatan intensif lainnya.

Setelah masa kritis lewat, proses pemulihan bisa berlangsung lama dan memerlukan terapi tambahan seperti fisioterapi atau rehabilitasi saraf, tergantung pada tingkat kerusakan yang terjadi.

Cara Mencegah Japanese Encephalitis

Karena pengobatan yang tersedia tidak bisa menyembuhkan secara langsung, pencegahan menjadi kunci utama dalam menghadapi penyakit ini.

Langkah pencegahan yang paling efektif dalam memerangi Japansese Encephalitis adalah imunisasi.

Imunisasi JE telah terbukti ampuh dalam memberikan perlindungan jangka panjang.

Di beberapa negara, imunisasi ini sudah menjadi bagian dari program imunisasi nasional, terutama di daerah-daerah endemik.

Di Indonesia sendiri, vaksin JE mulai diperkenalkan secara bertahap di wilayah tertentu yang dianggap memiliki resiko tinggi, terutama di wilayah timur Indonesia.

Bagi mereka yang hendak bepergian ke negara lain yang endemik JE dan akan tinggal dalam waktu lama di daerah pedesaan, imunisasi sangat dianjurkan sebelum berangkat.

Untuk Imuners yang ingin terlindungi dari Japanese Encephalitis, bisa melakukan imunisasi di fasilitas kesehatan terpercaya seperti Klinik Imunicare .

Selain imunisasi, perlindungan diri dari gigitan nyamuk juga sangat penting.

Upaya ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti mengenakan pakaian lengan panjang dan celana panjang saat beraktivitas di luar rumah, terutama di pagi dan sore hari.

Mengoleskan losion antinyamuk pada kulit yang terbuka juga efektif mencegah gigitan.

Tidur menggunakan kelambu dan memastikan rumah memiliki sirkulasi udara yang tertutup rapat juga bisa mengurangi resiko gigitan nyamuk.

Kesimpulan

Japanese Encephalitis adalah penyakit yang mungkin jarang terdengar, tetapi sangat berbahaya.

Imunisasi dan perlindungan diri dari nyamuk bukan hanya pilihan, tapi kebutuhan, terutama bagi mereka yang tinggal atau beraktivitas di daerah beresiko tinggi.

Dengan pemahaman yang cukup dan tindakan pencegahan yang tepat, kita bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat dari ancaman penyakit ini.

Sumber