Wednesday, 3rd December 2025
by Admin

Imuners pasti pernah ngerasain sakit kepala, terus biasanya ngapain nih buat nyembuhinnya? Istirahat sama tidur aja?
Meski terlihat sederhana, sakit kepala sebenarnya memiliki beragam penyebab dan penanganannya pun berbeda-beda.
Ada yang hanya muncul sesekali ketika tubuh lelah, tetapi ada juga yang datang berulang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Yuk cari tahu jenis-jenis sakit kepala dan cara menanganinya di bawah ini biar sakitnya nggak makin parah!
Secara umum, yang dimaksud sebagai sakit kepala adalah rasa nyeri atau tekanan yang muncul di area kepala, wajah, atau leher atas.
Sumber rasa sakit ini ternyata bukan berasal dari otak secara langsung karena otak tidak memiliki reseptor nyeri.
Nyeri muncul ketika jaringan di sekitar otak seperti pembuluh darah, otot, saraf, atau selaput pelindung otak mengalami tekanan, iritasi, atau perubahan tertentu.
Kondisi inilah yang kemudian memicu sinyal nyeri yang kita kenal sebagai sakit kepala, dan jenis rasa sakit kepala ini bisa berbeda-beda.
Ada yang merasakan denyutan kuat di satu sisi kepala, ada yang seperti diikat kepalanya, ada yang merasa kepalanya seperti ditarik dari belakang, dan ada pula yang mengalami rasa sakit menusuk ketika serangan sakit kepala ini terjadi.
Jenis sakit kepala sendiri dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar yaitu sakit kepala primer dan sekunder.
Pengelompokan jenis sakit kepala ini dilakukan berdasarkan penyebab dari sakit kepala itu sendiri.
Berikut ini penjelasan selengkapnya dari masing-masing jenis sakit kepala.
Sakit kepala primer adalah sakit kepala yang muncul karena perubahan fungsi pada struktur di kepala itu sendiri, misalnya karena ketegangan otot di leher, perubahan pembuluh darah, atau aktivitas saraf tertentu.
Jenis sakit kepala primer yang paling umum adalah tension-type headache, yaitu sakit kepala yang terasa seperti tekanan merata di kedua sisi kepala.
Biasanya kondisi ini muncul saat sedang stres, terlalu lama menatap layar, kurang tidur, atau bekerja dalam posisi tubuh yang tidak ideal.
Selain tension-type headache migrain juga tergolong ke dalam sakit kepala primer.
Secara umum migrain adalah sakit kepala berdenyut sedang hingga berat yang sering terjadi di satu sisi kepala dan disertai mual, muntah, dan sensitivitas terhadap cahaya atau suara.
Migrain tidak hanya sekadar sakit kepala biasa, banyak orang mengalami penurunan aktivitas karena nyerinya bisa berlangsung berjam-jam bahkan berhari-hari.
Selain itu ada juga cluster headache yang jauh lebih jarang terjadi, tetapi intensitasnya sangat kuat ketika terjadi.
Rasa nyeri biasanya muncul di sekitar mata atau pelipis, sering kali disertai mata berair dan hidung tersumbat.
Cluster headache muncul dalam “periode” tertentu, misalnya beberapa kali dalam sehari selama berbulan-bulan.
Berbeda dengan tipe primer, sakit kepala sekunder muncul karena adanya penyakit atau kondisi lain.
Sakit kepala sekunder bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, infeksi, cedera kepala, atau gangguan pembuluh darah di otak.
Karena sifatnya yang disebabkan oleh kondisi medis lain, sakit kepala sekunder harus lebih diwaspadai terutama bila datang tiba-tiba dan rasa nyerinya sangat kuat.
Hal-hal yang bisa menyebabkan sakit kepala sebenarnya sangat beragam, mulai dari yang ringan hingga berat.
Kurang tidur adalah salah satu penyebab paling umum, terutama pada remaja dan orang dewasa muda.
Tubuh yang lelah dan kurang beristirahat membuat sistem saraf menjadi lebih sensitif sehingga rasa sakit lebih mudah muncul.
Selain itu, dehidrasi juga sering kali menjadi penyebab sakit kepala yang tidak disadari.
Ketika tubuh kekurangan cairan, volume darah dapat menurun dan pembuluh darah menyempit, menyebabkan aliran darah ke kepala menjadi kurang lancar dan menyebabkan sakit kepala.
Stres emosional pun memiliki peran besar dalam menyebabkan sakit kepala karena saat stres, otot-otot di bahu dan leher menegang, dan ketegangan itu bisa naik ke kepala.
Selain itu, pola makan yang tidak teratur, konsumsi kafein berlebihan atau terlalu sedikit pada orang yang terbiasa mengkonsumsinya, hingga postur tubuh yang buruk ketika bekerja atau belajar dapat menjadi pemicu tambahan.
Tidak semua sakit kepala berbahaya, tetapi ada tanda-tanda tertentu yang perlu mendapat perhatian.
Sakit kepala yang muncul mendadak dan sangat kuat dan belum pernah dirasakan sebelumnya merupakan salah satu tanda bahaya yang harus segera diperiksakan.
Selain itu sakit kepala yang muncul setelah terbentur atau mengalami cedera kepala juga perlu segera diperiksakan.
Gejala tambahan seperti demam tinggi, leher kaku, kebingungan, bicara tidak jelas, gangguan penglihatan, atau kelemahan pada salah satu sisi tubuh juga merupakan kondisi yang memerlukan penanganan medis segera.
Selain itu, sakit kepala yang semakin sering, semakin berat, atau sampai membuat seseorang mengonsumsi obat pereda nyeri berulang kali juga patut diwaspadai.
Untuk sakit kepala ringan hingga sedang, banyak cara sederhana yang bisa dilakukan di rumah untuk meredakan rasa sakitnya.
Istirahat adalah langkah paling mudah dan sering kali paling efektif. Berbaring sebentar di ruangan yang tenang dan minim cahaya membantu merilekskan tubuh, terutama ketika sakit kepala dipicu kelelahan atau stres.
Minum air putih juga bisa membantu meringankan sakit kepala, terutama bila tubuh memang kekurangan cairan.
Pada beberapa orang, kompres dingin di dahi atau pelipis dapat meredakan nyeri migrain, sementara kompres hangat di leher membantu mengendurkan otot yang tegang pada kasus tension-type headache.
Pijatan lembut pada area tengkuk, pelipis, atau bahu dapat membantu melancarkan aliran darah.
Selain itu, menjaga kebiasaan tidur yang teratur tidak terlalu larut, tidak terlalu lama, dan tidak bergadang bisa memberikan pengaruh besar dalam mencegah sakit kepala berulang.
Mengurangi screen time juga bisa membantu mengurangi intensitas sakit kepala.
Sesekali bangun dari kursi dan melakukan peregangan sederhana dapat mengurangi ketegangan otot yang terhubung ke kepala.
Selain itu, pola makan yang teratur dan tidak melewatkan sarapan membantu menjaga kestabilan gula darah sehingga tubuh tidak “kaget” dan memunculkan nyeri.
Obat pereda nyeri seperti paracetamol atau ibuprofen memang dapat membantu mengurangi rasa sakit kepala, tapi penggunaannya harus tetap dibatasi.
Mengonsumsi obat-obatan tersebut terlalu sering justru bisa memicu jenis sakit kepala lain yang disebut medication overuse headache.
Karena itu, bila sakit kepala terasa sering datang atau membutuhkan obat hampir setiap minggu, perlu dipertimbangkan untuk memeriksakan diri agar dokter dapat mencari penyebab utamanya.
Pada beberapa kasus, terutama pada migrain atau sakit kepala kronis, dokter akan memberikan obat pencegahan khusus yang diminum rutin agar frekuensi sakit kepala berkurang.
Sakit kepala memang bukan kondisi yang bisa sepenuhnya dihindari karena tubuh memiliki banyak respons terhadap kondisi sekitar.
Akan tetapi, dengan memahami apa saja yang memicu dan bagaimana cara mengelolanya, kita bisa mengurangi frekuensi munculnya dan mencegahnya berkembang menjadi masalah yang lebih besar.
Ketika sakit kepala dirasa tidak biasa atau datang terlalu sering, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.
Sikap peka terhadap sinyal tubuh sendiri adalah kunci untuk menjaga kesehatan jangka panjang.
Sumber